Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2015

Kemari, Kamu Harus Kemari

Selamat datang di dunia Pergi, aku melangkah pergi Arahkan kakiku Menuju sesuatu yang belum kuketahui Terkadang yang manis terasa pahit Antara itu memang pahit sepahit-pahitnya Atau lidah kamu yang memaksanya menjadi pahit Jangan, sayang. Aku bisa menjadi diriku, dan kamu tetap menjadi dirimu. Aku tidak perlu menjadi kamu, dan kamu tidak perlu menjadi diriku. Aku hebat, begitupun kamu. Aku kuat, begitupun kamu. Bibirku bersenandung, begitupun bibirmu. Kakiku menari, begitupun kakimu. Telingaku menikmati irama dalam harmoni, begitupun telingamu. Mataku terpejam beristirahat, begitupun matamu. Manis, semua manis. Antara itu memang manis semanis-manisnya. Atau lidah kamu yang memaksanya menjadi manis. Lanjutkanlah, sayang. Kamu bisa menjadi dirimu, dan aku tetaplah aku. Kamu tidak perlu menjadi aku, dan aku tidak perlu menjadi dirimu. Kamu hebat, begitupun aku. Kamu kuat, begitupun aku. Jangan berhenti bersenandung. Jangan berhenti menari. Jangan berhent

Pesan-pesan yang Mempengaruhi Hidupku

Disaat aku tidak tahu mau bagaimana, aku akan menjadi si cengeng. Secara sadar ataupun tidak sadar, aku berhasil menemukan beberapa cara menjalani hidup dengan lebih menyenangkan dan sangat membantu. . Berikut ini pesan-pesan, nasihat dan pemikiran orang-orang (terima kasih, kalian!) yang berhasil mempengaruhi aku secara positif: 1. 'Jika kita salah, kita minta maaf. Jika kita benar, lawan terus sampai mati.' Aku harus menjadi orang sukses yang bisa mempertahankan diri. Jika bukan kita yang menghargai dan membela diri kita sendiri, siapa lagi? 2. 'kalau kamu miskin, teman kamu tidak akan membantu kamu. Jangan pernah bergantung pada teman.' Ya, banyak pengalaman pertemanan yang berakhir menghilang atau bahkan bertengkar. Separah-parahnya hubungan kita dengan orang tua, mereka adalah tempat kita bersandar. Teman juga membantu kita, kan? Ya. Pertanyaannya adalah, sejauh apa mereka membantu? Apakah mereka rela mengorbankan materi dan waktu untuk kalian saa

Hari ini, hari esok

(ditulis 27 Oktober 2013) rintik-rintik menambah hawa dingin di dalam kamar seorang gadis. Remaja manis tersebut memeluk bantal guling merah muda mungil miliknya dan tersenyum kecil. Ia meringkuk didalam selimut merah muda yang melapisi tubuh mungilnya.  Ponsel yang digenggamnya erat bergetar pelan, yang membuatnya melonjak dari posisinya rebahnya.  Ia menyingkirkan selimut, kemudian duduk dan jari-jemari tangannya dengan lincah membuka sebuah pesan singkat yang masuk. “Selamat malam cantik, tidur yang nyenyak yah.” Wajah Clea kini berseri-seri. Lagi-lagi sms dari sosok misterius yang akhir-akhir ini terus membuat hatinya berbunga-bunga. Kali itu ia memejamkan matanya  dengan perasaan yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Clea tersenyum lebar, ia bermimpi indah diiringi oleh suara rintikan hujan yang menenangkan. ** “Cle, gue saranin lo jangan terpengaruh sms-sms itu.” Reina menatap sahabatnya dengan raut serius. Ia benar-benar khawatir dengan

Hidupku sangat Sempurna

(ditulis 18 Januari 2013) Aku menatap jam tanganku gelisah. Cowok dihadapanku kini telah memainkan jarinya semenjak kami   pertama bertemu tadi siang. Aku yakin ada yang tidak beres disini, karena ia hanya bermain dengan tangan dan rambutnya seperti itu saat ia tengah diliputi kebingungan. Ia memegang rambut berduri-seperti-landak nya dan mengusap keringat dingin yang mulai mengalir di pelipisnya. “Aku sayang sama kamu.” Ia bersuara lirih, nyaris berbisik. Hal tersebut entah mengapa membuatku merinding. Mataku bertemu dengan matanya, ia melirikku penuh arti.   “Tetapi..” Perasaanku mulai tidak enak. Tetapi? Mengapa harus ada tetapi? Biasanya tetapi akan diikuti kata-kata yang memberitakan sesuatu yang buruk. Aku mulai membayangkan segala macam kemungkinan ucapannya selanjutnya. Tetapi, aku akan meninggalkan kamu? Tetapi, aku tidak suka denganmu? Tetapi, aku belum keramas pagi ini? Oh tidak, aku tidak boleh berpikir secara negatif. “Aku sibuk dengan sekolahku.” Je

Cinta Seputih Salju

(ditulis 4 Desember 2013) BASED ON A TRUE STORY. Ik hou van je, Mami!   Butira n salju mulai berjatuhan, menambah keindahan pemandangan di kota kecil ini. Walaupun aku memakai berlapis-lapis pakaian ditambah dengan sehelai syal berwarna orange kesayanganku, dingin tetap dengan ganas menyelimuti tubuhku. Aku menggigil hebat. Musim salju memang menusuk. “Ayo kita berangkat, sayang.” Seorang wanita nan anggun menggenggam tanganku dan mengajakku mulai melangkah. Rambut hitam yang bermodel pendek tersebut terlihat sangat trendi   dan cocok sekali dengan wajahnya. Sosok mungilnya terus berjalan maju tanpa ragu di tengah salju yang turun. “Tapi saat ini dingin sekali, Ma. Aku jadi malas ke sekolah.” Rengekku pelan. Salju di pagi hari membuatku ingin berguling-guling di ranjang saja. Perjalanan yang tidak terlalu dekat juga menghambat niatku untuk belajar. “Hari ini hari pertamamu, sayang. Apakah kau tidak bersemangat di Belanda?” ujarnya sembari menatapku dal