Pesona. Aku tidak memilikinya. Sudahlah, aku sudah terlalu berusaha. Tidak akan ada seorangpun yang mendeskripsikanku sebagai sebuah pesona. “Pia.” Suara itu memanggilku lembut, getarannya bermain naik dan turun dalam sistem pendengaranku. Debaran keras mengiringi harmoni tersebut dan menjadikan badanku sebuah alunan penuh dentuman. Ia menatapku hangat. Aku membalasnya. Sebuah percakapan tanpa kata-kata yang hanya melibatkan kami berdua terjadi di tengah keramaian ruang tersebut. Aku menunduk malu, ronaku bersemu samar. “Bolehkah aku meminjam tulisanmu?” Semua yang ada dalam dirinya mengalahkan keraguanku. Buku mungil tersebut kuserahkan dalam genggamannya, biarlah untaian kata demi kata tersebut yang mewakili diriku bercerita untuknya. ** Pagi ini gerimis. Dingin dan sejuk, kulitku menyukai sensasinya. Aroma tanah basah kian menyelimutiku dengan kenyamanan tak terdefinisikan. Aku suka hujan dan aku suka gerimis. Aku harus pergi, taman itu menungguk...
bernafas sejak 1996.