Sungguh sedih hati ini membaca berita yang diulas dimana-mana.
Pada 2 April 2016, seorang siswi SMP asal Bengkulu ditemukan tewas di jurang dengan kondisi fisik telanjang dan lebam-lebam. Gadis tersebut bernama Yuyun. Ia berusia 14 tahun dan telah dibunuh dan diperkosa oleh 14 orang pemuda yang mengonsumsi minuman keras sebelumnya. Saat ini, masyarakat yang aktif di media sosial membentuk tagar #nyalauntukYuyun sebagai bentuk empati. Aku pun sempat merinding ketika membayangkan kronologi kejadiannya. Pertanyaan yang muncul dibenakku adalah, orang-orang macam apa yang melakukan perbuatan seperti ini?
Bagaimanakah garis besar latar belakang dari para tersangka? Menurutku, mereka terjebak dalam kenakalan remaja. Para pelaku masih berumur belasan dan awal kepala dua, dan menurut berita liputan6, mereka sering menonton video porno melalui telepon genggam. Selain itu, mereka juga mengonsumsi minuman keras sebelum melakukan pembunuhan dan pemerkosaan terhadap Yuyun. Keterangan penting lainnya untuk digarisbawahi adalah fakta bahwa sebagian dari mereka adalah remaja putus sekolah.
Saat ini, banyak anak-anak putus sekolah dan tidak mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Mabok-mabokkan, mengonsumsi narkoba, menonton video porno, merokok, mencuri... Dengan kurangnya sosialisasi dan pengarahan dari orang yang lebih dewasa, anak-anak putus sekolah bisa melakukan hal apapun yang ia mau tanpa merasa bersalah, karena memang mereka tidak merasa salah. Kalau begitu, seberapa pentingkah sekolah untuk membantu mengarahkan sikap baik anak-anak? Aku pun memutuskan untuk fokus pada faktor sekolah ini.
Sekolah adalah tempat anak-anak mendapatkan ilmu dan wawasan. Di sekolah pula lah mereka mendapatkan skill seperti kepemimpinan, empati, dan keberanian mengungkapkan pendapat. Sekolah juga membuat murid sibuk sehingga menguras energi dengan cara yang positif , yaitu melalui ujian, belajar untuk ulangan matematika, mengikuti ekstrakulikuler musik.. pokoknya yang dapat diterima dengan baik oleh masyarakat (dalam ilmu psikologi hal ini disebut dengan sublimasi). Oleh karena itu, sekolah yang memiliki kualitas baik penting dalam membentuk karakter dan pola pikir seorang anak. Apalagi jika sekolah tersebut rutin didatangi sang anak sebagai siswa aktif.
Hal-hal penting untuk dimiliki sekolah adalah lingkungan belajar dan iklim kelas yang positif. Pembentukan kepribadian anak perlu dilakukan sejak dini, dan sekolah perlu menjadi 'rumah kedua' seorang anak. Maksudnya, sekolah harus dipandang sebagai tempat menarik untuk didatangi karena manfaat belajar, bukan untuk di-bully ataupun mem-bully orang lain. Bukan untuk membuat ribut dan menantang kakak dan adik kelas. Sekolah harus menjadi tempat mencari jawaban masalah kehidupan yang benar, dan memberi pengarahan dan larangan yang perlu ditaati. Kalau sekolah bukan tempat untuk didatangi para murid, sang siswa bisa salah arah dan malah melakukan penyimpangan, yah salah satunya berupa kenakalan remaja.
Para pelaku yang membunuh dan memperkosa Yuyun melakukan tindakan kenakalan remaja dan berbuat kriminal yang tidak dapat ditoleransi lagi. Kurasa dapat disimpulkan bahwa mereka kurang di gembleng tentang apa yang baik dan yang buruk. Mungkin mereka menganggap mabok-mabokkan itu keren. Mungkin saat ini mereka malu, ataupun malah tidak merasa menyesal sama sekali atas kehebohan yang telah mereka perbuat. Barangkali keluarga mereka saat ini ikut tertekan. Apapun itu, semua kejadian yang menimpa Yuyun ini seharusnya tidak perlu terjadi. Seharusnya, semua ini bisa dicegah.
Yuyun adalah masyarakat Indonesia dan juga bagian dari kita. Saat ini, kasus masih diurus oleh pihak kepolisian. Para pelaku juga ditahan dan diurus oleh pihak pengadilan. Tindakan yang mereka lakukan memang tidak bisa disepelekan dan perlu diurus secara serius. Alangkah baiknya apabila remaja juga semakin diberi pengarahan dan makin digembar-gemborkan hati nuraninya. Aku tahu aku belum bisa melakukan tindakan konkret untuk menyelesaikan masalah ini, namun menurutku salah satu solusi adalah dengan meningkatkan ketersediaan sekolah dan meminimalisir anak-anak yang putus sekolah. Biarkan guru-guru yang baik dan juga killer membentuk siswa-siswi sebagai pribadi-pribadi berhati besar untuk menghindari kejadian-kejadian seperti ini di masa yang akan datang.
Aku belum bisa melakukan tindakan nyata, namun pemikiran dan concern ini adalah awal yang baik.
Comments
Post a Comment