Aku ketakutan saat aku memasuki mobil miliknya tersebut. Ekspresi wanita di sebelahku itu datar. Namun aku tahu, jauh di dalam hatinya ia sedang murka kepadaku. "Rei.." Aku berusaha menjelaskan di tengah jantung yang berdebar tidak karuan. "Maafkan aku." Kami berdua hening. Reina tidak memalingkan wajah dari pemandangan di hadapannya. Ia tetap fokus mengemudikan mobil ini. Aku tahu aku harus melawan rasa takutku untuk memperbaiki hubungan ini. "Anu.. aku tahu kau pasti marah kepadaku. A-aku..." "Kau mengkhianati kepercayaanku dan kau merasa aku tidak akan marah?!" Reina tiba-tiba menjerit histeris. Aku langsung panik dibuatnya. "R-rei.. dengarkan aku.. Aku tidak bermaksud bercumbu dengan perempuan itu.. Aku tidak bisa menahannya... Suasana tadi gelap dan.." "Kau hanya milikku seorang!" pekik Reina sembari menambah kecepatan mobil tersebut. Aku merinding karena arah laju mobil ini menjadi tidak terkontrol. "Reina, t...
bernafas sejak 1996.