Aku ketakutan saat aku memasuki mobil miliknya tersebut. Ekspresi wanita di sebelahku itu datar. Namun aku tahu, jauh di dalam hatinya ia sedang murka kepadaku.
"Rei.." Aku berusaha menjelaskan di tengah jantung yang berdebar tidak karuan. "Maafkan aku."
Kami berdua hening. Reina tidak memalingkan wajah dari pemandangan di hadapannya. Ia tetap fokus mengemudikan mobil ini. Aku tahu aku harus melawan rasa takutku untuk memperbaiki hubungan ini. "Anu.. aku tahu kau pasti marah kepadaku. A-aku..."
"Kau mengkhianati kepercayaanku dan kau merasa aku tidak akan marah?!" Reina tiba-tiba menjerit histeris. Aku langsung panik dibuatnya. "R-rei.. dengarkan aku.. Aku tidak bermaksud bercumbu dengan perempuan itu.. Aku tidak bisa menahannya... Suasana tadi gelap dan.."
"Kau hanya milikku seorang!" pekik Reina sembari menambah kecepatan mobil tersebut. Aku merinding karena arah laju mobil ini menjadi tidak terkontrol. "Reina, tenang dulu!" Aku berusaha berbicara kepadanya walaupun aku tahu aku hanya akan memperparah keadaan.
Wanita di sebelahku menangis, dan make up serba hitamnya menjadi luntur. Ia nampak menakutkan. "Tidak akan biarkan kau mengkhianatiku lagi." Ujar Reina sembari tersenyum di sela-sela tangisnya.
Wanita yang berpakaian serba hitam itu tiba-tiba membanting setir. Mobil yang kami tunggangi menabrak pembatas jalan layang tersebut dan menerobosnya tanpa ampun. Aku melotot dan berteriak kencang saat kami mulai melayang karena mobil terjun bebas.
"Kini, kita akan bersama selamanya di alam sana." Ujar Reina yang cekikikan sembari menggenggam kedua tanganku. Ia sama sekali tidak terlihat ketakutan. Hujan yang tiba-tiba turun membuat pandanganku kabur.
"Reina.." Aku mengeratkan genggamanku, dan nama Reina menjadi hal terakhir yang kuucapkan sebelum mobil mendarat dengan keras dan aku merasakan panas akibat api yang menyulut tubuh kami berdua.
Comments
Post a Comment