Skip to main content

Kedashyatan Sang Api di Belanda

Kesalahan setitik memang merusak keseluruhan citra, sebaik apapun image itu. Api yang merah menyala, mulai dari sebuah lilin mungil hingga kembang api raksasa, ditakuti karena bencana-bencana yang terjadi.

Malam itu tanggal 12 Mei 1999; langit dipenuhi gema sukacita warga Belanda yang akan menyambut sebuah abad baru. Harapan dan doa terlontar di seluruh pelosok, dan kota Enschede yang kecil itu tentunya tidak mau pasif. Kebaruan yang telah dinantikan tersebut tentunya harus dirayakan secara besar dan meriah sebagai sebuah keberhasilan dan pencapaian.

Malangnya, tidak semua rencana diizinkan Tuhan. 


 Kepanikan dan jeritan-jeritan histeris mengilukan telinga; saya dapat membayangkan kepanikan yang terjadi.  Selain 947 raga yang terluka, kebuasan berton-ton bunga api yang meledak tanpa ampun juga merenggut nyawa 23 orang tanpa pandang bulu. 

Takut akan sang biang kerok, masyakat lebih was-was dalam penggunaan api ini.

Pada akhirnya, masyarakat menyadari kesalahan standar pengamanan dan tidak ‘nakal’ lagi menyusupkan benda-benda beresiko tersebut secara illegal. Polisi pun lebih sigap dalam bertindak; tanpa segan penegak hukum ini menggunakan bantuan anjing pelacak menghindari terjadinya penyelundupan gelap. Standar keamanan harus diprioritaskan.

Dibalik musibah yang terjadi, bara api juga berperan sebagai bala bantuan.
Makanan yang dingin akan mengurangi hasrat untuk makan, terutama saat cuaca sedang dingin tidak bersahabat. Masyarakat Belanda menciptakan sebuah alat untuk menggoreng, dan mereka menyebutnya dengan istilah braadpan. Perabotan dapur yang bahasa inggrisnya Dutch Oven ini diciptakan tahun 1891 oleh seorang warga kota bunga tulip tersebut; diinisialkan dengan BK.


Peran api dalam teknologi ini tidaklah kecil. Cara penggunaannya, braadpan ini akan diletakkan diatas api dan panas yang disalurkan hingga kelapisan teratas akan mematangkan atau menghangatkan hidangan yang dinanti-nantikan. Tentu saja inovasi ini masih beredar sebagai perabotan dapur yang popular bagi warga Belanda. 

Selain itu, di Belanda juga beredar sebuah alat bernama Stoof atau Foot Stove. Alat ini berupa sebuah kotak kayu dengan lubang-lubang berukuran kecil diatasnya; bertujuan menghangatkan kaki di saat winter; musim turunnya salju. Faktor utama yang menyebarkan rasa hangat tersebut adalah arang yang dibakar. Lagi-lagi, api berperan besar dalam penemuan-penemuan penting.


Kehebatan sebuah teknologi sudah semestinya disertai dengan kewaspadaan. Kejadian-kejadian yang telah terjadi silam ada baiknya dijadikan pelajaran, karena pengalamanlah yang menjadi guru terbaik. Negeri kincir angin, dengan kewaspadaan dan kekritisannya, berhasil menginovasikan api tersebut menjadi sesuatu yang ikonik.  Sang api; simbol kebrutalan dan juga keberanian; berlaku kepada manusia sesuai dengan apa yang dilakukan kepada mereka. 

Apakah kita sudah memperlakukan api dengan kewaspadaan?







Comments

Popular posts from this blog

Belajar banyak di konferensi Psikologi ARUPS, Bali

Halo teman-teman, Kali ini aku menggebu-gebu sekali untuk menceritakan pengalamanku di Bali. Sungguh, sampai detik ini aku masih merasa bahagia dan bangga akan acara yang telah aku ikuti pada 21-22 Februari 2018 waktu itu! Jadi, awal mulanya seperti ini... Once upon a time , pada 2016 akhir, seorang dosen di kampusku menawarkan aku dan temanku (Desta) untuk ikut berkontribusi dalam penelitian beliau. Oh ya, untuk kalian yang belum tahu, aku sedang mengambil jurusan psikologi di Universitas Tarumanagara, ya. Aku sempat takut sih, karena belum pernah mengerjakan proyek seperti ini. Waktu itu, aku betul-betul khawatir karena pengalamanku dalam penelitian betul-betul nol besar. Namun, dosenku, Pak P. Tommy Y. S. Suyasa (beliau akrab dengan panggilan Pak Tommy), berbaik hati dan bersedia membimbing dari awal, beliau pun sabar menjelaskan pada kami apabila ada hal-hal yang masih kami belum pahami. Oh ya, kami belajar banyak dari dosen kami ini; hal-hal aka...

Pejuang!

Hai teman-teman! Di post kali ini, aku ingin sedikit membuka diri dan mudah-mudahan apa yang kubagikan bisa bermanfaat untuk teman-teman :) Siapa sih yang disini nggak pernah merasa minder? Rendah diri? Teman-teman, aku percaya banyak dari kita yang mengalaminya, namun mungkin tidak terdeteksi oleh orang-orang sekitar Aku hari ini baru membuka lagi buku harianku dulu, pada saat aku membenci keberadaanku di kehidupan ini. Tertegun aku melihat betapa jahatnya aku pada diriku sendiri, aku bahkan tidak segan-segan menulis bahwa aku tidak bernilai apa-apa.. Dan aku menulis hal-hal yang sama setiap hari. Tapi teman-teman, hari ini saat aku menulis ini.. aku sangat bahagia. Aku punya hal-hal yang bias aku banggakan.. Aku punya sahabat-sahabat yang sangat baik.. Aku sangat berambisi untuk meraih cita-cita yang kudambakan.. Keadaan berbeda 180 derajat dengan saat-saat kelam itu! Aku ingin memberi tips kepada teman-teman yang mugkin juga mengalami fase yang...

Menggendut bahagia di Blitar dan Malang

Halo, long time no see ! Setelah sekian lama akhirnya aku ada niat untuk membuat tulisan baru di blog ini... Pada 15-19 Juni 2018, aku bersama keluarga dan Aa (ehem, ehem...) memutuskan untuk liburan bersama ke Blitar dan Malang.. Kenapa? Karena aku ngidam sekali untuk melihat langsung panorama Gunung Bromo, dan Aa juga berasal dari Blitar jadi kita bisa sekalian diajak melihat-lihat kota kelahirannya itu.. Liburan kami berlangsung selama 5 hari 4 malam, dengan jadwal sebagai berikut: OUR ITINERARY Hari 1: Berangkat subuh ke bandara Malang, kemudian menaiki mobil travel melakukan perjalanan selama 2 jam ke Kota Blitar. Kami menyempatkan diri mampir ke Kampung Warna Warni Malang sembari jalan, kemudian setelah sampai di Blitar kami berwisata ke Kampung Coklat, Makam Bung Karno, Istana Gebang (rumah Bung Karno tumbuh besar) Hari 2: Pagi-pagi kami ke Pantai Tambakrejo, kemudian berangkat ke Malang untuk berkuliner. Setelah itu kami istirahat karena subuh berikutnya akan d...