Pernahkah kamu
mengecewakan dirimu sendiri, sahabat?
Perasaan benci dan ketidakberanian yang
begitu mengurungmu dalam sebuah sangkar baja, tidak memberimu kebebasan
sejati.
Tidak, bukan saja merampas
kebebasan, tetapi mereka jugalah yang menghentikan laju langkahmu. Keduanya membuatmu berjalan di tempat, berhenti, atau bahkan lebih parahnya lagi; berjalan ke belakang.
Sebetulnya, kamu juga harus menganalisa sebab dari penyiksaan diri tersebut. Sebuah ‘ekskresi’ yang harus dikeluarkan tanpa perlu diraih kembali.
Bagaikan sang pangeran katak yang menanti kecupan sang putri, pegharapan yang terlalu tinggi bisa saja mencukai hatimu.
Kemungkinan sebuah harapan hanyalah dua, entah itu akan membuat pipimu bersemu, ataulah ia akan memilukan hati cantikmu.
Jadi, kita tidak perlu melakukan yang
terbaik?
Bukan, aku tidak berkata demikian.
Kenalilah potensi dan segala pesonamu. Menurutku, tidaklah perlu kita menyesali segala sesuatu yang telah diusahakan jiwa dan raga.
Terlihat
beberapa orang-orang yang berambut halus, pandai bersenda gurau, ahli ilmu
fisika dan juga menari. Jika dirangkum dalam satu kata, sempurna.
Adilkah?
Perlukah kita menyesali dan meratapi diri kita sendiri?
Pertanyaannya
lagi, memangnya kamu yakin kalau mereka ‘sempurna’?
Seperti kata
sebuah perumpamaan, hidup itu bagaikan sebuah roda yang berputar tanpa henti.
Dalam fase-fase tertentu, roda tersebut akan berada diatas; ia berada pada
suatu kejayaan yang membuatnya lupa waktu. Pada saat dia ingin terus melaju, ia
secara tajam terperosok kebawah; menciumi lantai yang kasar dan menyakitkan.
Untuk kembali naik dan pergi dari bebannya, ia harus memaksa dirinya berputar
kembali, seberat apapun tenaga yang dibutuhkan.
Hidup teman-teman, kerabat atau bahkan saudara yang menumbuhkan bibit-bibit dengki tidaklah semulus yang kamu kira.
Hal yang mungkin saja membedakan mereka dan kamu, adalah
‘topeng’ yang mereka gunakan. Hal itu tidak buruk, ada saatnya kita harus
memakai ‘topeng’ dan bersikap profesional. Ada saatnya kita melepaskannya
sejenak dan mengeluarkan segala seluk-beluk dalam perasaanmu.
Kamulah yang bisa
menolong dirimu sendiri.
Jadi, perlukah kita
meraung dan menyesali segala ketidakbisaan kita?
Tidak. Janganlah dibiarkan, berhentilah!
Berhenti, dan
kasihanilah dirimu dan hatimu. Jika kamu tidak bisa melakukannya demi dirimu,
lakukanlah demi orang-orang yang menyayangimu. Mereka yang ingin melihatmu
bahagia dan maju, mereka yang ingin kisah hidupmu membentuk senyuman banyak
orang.
Kamu kuat dan bahagia. Karena kamu hebat, kamu pasti bisa meraih
kebebasan sejati yang melepaskanmu dari ‘jerat tikus’.
Salam hangat dan berjuta-juta pelukan untukmu!
Dirimu sendiri yang sedang membaca tulisan ini.
Comments
Post a Comment