Skip to main content

selective attention

Halooooo,

Hari ini dingin karena hujan. Rasanya ingin selimutan saja, deh. Terus habis itu bobo deh, say goodbye ke segala tugas dan tanggung jawab *jangan ditiru ya teman-teman* *pelari tercepat dari realita* :"D

Nah, tadi sore pas aku pulang kuliah aku mengambil sebuah pemandangan yang sama, namun dari sudut pandang yang berbeda. Pemandangan tersebut terlihat dari balik jendela mobil Mama. Yuks, di lihat hasil foto-fotoku ini.



Nggak tahu kenapa, aku merasa fenomena ini keren. Oh ya, karena aku belajar psikologi, aku pun langsung teringat pada teori selective attention. Selective attention itu saat kita fokus pada suatu objek/kejadian dan mengabaikan yang lainnya. Misalnya nih, kita melihat boneka lucu dan mengabaikan benda-benda lain di sekitar boneka tersebut. Mata kita terpaku padanya *weiz*

Di foto pertama, kamera ponselku fokus pada awan dan gedung di kejauhan. Kelihatannya awan tersebut keren ya dengan warna-warna kontras bergradasinya. Gedungnya juga berdiri kokoh dan keras.


Di jepretan kedua, kamera berfokus pada tetesan-tetesan hujan di jendela. Bening dan minta di toel. Bentuknya pun bermacam-macam, ada yang bulat, lonjong, ataupun segilima. Gemas melihat mereka ini!

Terkadang, mata kita bagaikan kamera tersebut. Dengan selective attention, kita memerhatikan hal-hal yang memang kita ingin perhatikan. Kita pun seolah punya fitur memburamkan objek, hal-hal lainnya menjadi tersamarkan dan tidak masuk ke dalam pikiran.

Nah, yang ingin aku sampaikan adalah bahwa belum tentu yang di-blur-kan tidak penting, dan belum tentu yang kita fokuskan itu penting. Atau bahkan, keduanya bisa jadipenting dan perlu dilihat satu-satu.

Jadi, peka dan coba perhatikan hal-hal yang selama ini kita buramkan, ya.

Cheers!

Comments

Popular posts from this blog

Wicked always wins!

Hi semuanya! Wah, sudah lama sekali ya aku tidak mem- post di blog ini, sudah berdebu mungkin yah saking sudah lamanya tidak digunakan. Semoga keadaan kamu baik-baik saja, ya. Dalam tulisan kali ini, aku ingin melakukan review terhadap suatu aksi teater di Broadway yang legendaris sekali dan masih kugandrungi sampai sekarang. Hayo, sudah terpikirkan kah? Aku kasih clue , deh. Berkaitan dengan penyihir, warna hijau, monyet terbang... Ya, Wicked ! Aksi teater ini pertama dilaksanakan pada tahun 2003, dengan tokoh utama yaitu Glinda (Kristin Chenoweth) dan Elphaba (Idina Menzel). Wah, kalau yang main setingkat Kristin Chenoweth dan Idina Menzel, pastinya sudah tidak perlu diragukan lagi yah kualitas musikalnya. Glinda dan Elphaba adalah siswa baru di Shiz University, sebuah tempat belajar bagi penyihir-penyihir muda di Oz. Glinda digambarkan sebagai sosok gadis berambut pirang yang sangat populer di kalangan teman-temannya, sementara Elphaba adalah gadis kikuk, idealis, dan ditakuti se...

Dear, Me (and You)

          Pernahkah kamu mengecewakan dirimu sendiri, sahabat? Perasaan benci dan ketidakberanian yang begitu mengurungmu dalam sebuah sangkar baja, tidak memberimu kebebasan sejati.  Tidak, bukan saja merampas kebebasan, tetapi mereka jugalah yang menghentikan laju langkahmu. Keduanya membuatmu berjalan di tempat, berhenti, atau bahkan lebih parahnya lagi; berjalan ke belakang.  Sebetulnya, kamu juga harus menganalisa sebab dari penyiksaan diri tersebut. Sebuah ‘ekskresi’ yang harus dikeluarkan tanpa perlu diraih kembali. Bagaikan sang pangeran katak yang menanti kecupan sang putri, pegharapan yang terlalu tinggi bisa saja mencukai hatimu. Kemungkinan sebuah harapan hanyalah dua, entah itu akan membuat pipimu bersemu, ataulah ia akan memilukan hati cantikmu.  Jadi, kita tidak perlu melakukan yang terbaik? Bukan, aku tidak berkata demikian. Kenalilah potensi dan segala pesonamu. Menurutku, tida...

'Stranded' in The Netherlands

Hoi allemaal! Hoe gaat het met jou? Getting through something new or being that 'new thing' itself is never easy. How eyes look at us as something different might be hard to be unnoticed, and how people treat us differently, might as well be difficult. The Netherlands, well known as the land of the tulips, is something very far far away from my mind. I lived in Indonesia as a little toddler, all I thought was playing, sleeping, screaming, singing and dancing. Having the chance to live and study there, never ever crossed my mind before. Destiny cannot be denied. One day, my dad was asked to live there for a couple of years. First, it was very hard having a long distance father-and-daughter relationship. We went chatting through video chat, and I, as his little girl, always talked to him everything I thought of. We usually have the night prayer together through the video chat, and it was very rough that times. Years flied away; and afterwards, my dad invi...