Skip to main content

mengalami keindahan si pohon yang sepele

Haloooo...

Jadi, hari ini aku menggunakan mobil sebagai kendaraan untuk berpergian ke berbagai tempat. Tenang, tidak terjadi kecelakaan karena bukan aku yang menyetir. Duh, kapan ya aku bisa berani dan nggak panikan untuk mulai membawanya? Sepertinya masih akan butuh waktu lama, haha.

 Selama perjalanan, rasanya jenuh sekali melihat macet dimana-mana. Manusia berlalu lalang, motor yang berebut untuk lewat, dan juga mobil-mobil lainnya yang berklakson tanpa ampun. Debu-debu di luar membuatku malas untuk membuka kaca. Aku tidak ingin terbatuk-batuk seperti nenek-nenek nggak ada gigi. Jadi, tutup kaca saja deh walaupun kurang mantap suasananya.

Kemudian, aku melihat pohon dan dedaunan.

cahaya lampu yang tertahan
 
 
Ternyata eh ternyata, mereka sedari tadi menemani perjalananku. Mereka rindang dan teduh, bahkan rela menutupi keseluruhan atap ruang terbuka tersebut. Cahaya lampu yang berusaha menorobos posisi sang daun terasa keren karena menciptakan siluet-siluet kemerahan. Daripada bosan, akhirnya aku memutuskan untuk menikmati kehadiran mereka yang tanpa kenal takut selalu berjejer di pinggir jalanan tersebut. Ya, selalu.

 
Mobil yang bergerak membuat kameraku bergoyang dan buram. Namun setelah kulihat-lihat lagi, ternyata pohon yang buram itu cantik!

Buram namun tidak suram
 

Lalu, langit menjadi semakin sore dan matahari mulai pamit undur diri. Cakrawala pun mulai merah merona, dan tanpa ragu-ragu semakin menentramkan hati. Gemas, rasanya. Aku merasa ingin mencubitnya pakai gunting.

Bersembunyi
 
Nun jauh di sana
Si pohon pun berkolaborasi dengan langit kemerahan tersebut untuk menciptakan sebuah panorama yang sulit dideskripsikan secara harafiah. Cantik, iya. Manis, iya. Anggun, iya. Namun setelah dipikir-pikir, sedih juga iya. Campur-campur seperti cinta pertama yang pedas, asin, manis, pahit. Eh, ini perasaan atau gado-gado ya?

 
 
Taraaa, seberapa pun cepat laju kendaraan beroda empat ini, si langit kemerahan tetap berada nun jauh di sana. Barisan pohon yang seolah berlari bersama roda-roda mobil juga tak mampu menjangkaunya. Akhirnya aku mengabadikan momen kejar-kejaran menyenangkan tersebut melalui video dan foto-foto.

Si pohon yang sepele ini indah, sangat indah. Mungkin lain kali aku akan merekam sudut pandang lain dari si pohon ini. Mungkin, kemarahan atau kekesalannya. Untuk hari ini, aku melihatnya sebagai si cantik jelita. Barangkali penafsiranku akan berbeda di lain hari. Weits, berbagai perspektif bisa saja berlawanan dan aku akan mencari kontradiksinya.

Selain si pohon, pasti masih banyak cantik-cantik lainnya yang hanya saja belum kuperhatikan. Setiap merasa jenuh, aku merasa tertarik untuk mengalami hal-hal seperti ini. Sepertinya blog ini akan segera penuh dengan tulisan-tulisan semacam ini. Nah, jangan bosan ya membaca pengalaman-pengalamanku!

Oh, aku menambahkan label postingan yang baru berjudul 'mengalami'.

See you!

 

Comments

Popular posts from this blog

reviewlagu: untuk yang sedang memperjuangkan cinta

Halo, jadi kali ini aku ingin me- review lagu dari The Sam Willows . Band tersebut berasal dari Singapore, dan aku sudah jatuh hati semenjak pertama kali menonton cover mereka di Youtube . Lagu yang aku bahas kali ini berjudul For Love , dan sangat cocok untuk yang lagi mellow. Cocok nih buat nangis sendirian di kamar *loh* *ngelap ingus* :")   Too many people on board this train I gotta find my way around Too many voices in my head Gotta reach high turn it down Lagu ini diawali dengan suara-suara menenangkan, menciptakan suasana yang anehnya berdesir-desir kayak ombak di pantai. Bait pertama dinyanyikan oleh Benyamin Kheng, dan bercerita tentang seseorang yang kehilangan arah dan motivasi hidup. Kebimbangan yang menyebabkan seseorang sudah tidak tahu apa yang harus dilakukan. Diceritakan dalam lirik tersebut, bahwa orang ini goyah karena banyaknya tuntutan dan dorongan orang lain. Aku mengerti sih, terkadang suara orang lain menjadi begitu keras hingga kita tidak bisa m...

Belajar banyak di konferensi Psikologi ARUPS, Bali

Halo teman-teman, Kali ini aku menggebu-gebu sekali untuk menceritakan pengalamanku di Bali. Sungguh, sampai detik ini aku masih merasa bahagia dan bangga akan acara yang telah aku ikuti pada 21-22 Februari 2018 waktu itu! Jadi, awal mulanya seperti ini... Once upon a time , pada 2016 akhir, seorang dosen di kampusku menawarkan aku dan temanku (Desta) untuk ikut berkontribusi dalam penelitian beliau. Oh ya, untuk kalian yang belum tahu, aku sedang mengambil jurusan psikologi di Universitas Tarumanagara, ya. Aku sempat takut sih, karena belum pernah mengerjakan proyek seperti ini. Waktu itu, aku betul-betul khawatir karena pengalamanku dalam penelitian betul-betul nol besar. Namun, dosenku, Pak P. Tommy Y. S. Suyasa (beliau akrab dengan panggilan Pak Tommy), berbaik hati dan bersedia membimbing dari awal, beliau pun sabar menjelaskan pada kami apabila ada hal-hal yang masih kami belum pahami. Oh ya, kami belajar banyak dari dosen kami ini; hal-hal aka...

Ai

Aku tahu ia selalu mampu membawa tawa, cukup dengan beberapa kedipan mata centilnya. Ampuh. Teman-teman kantorku selalu mencubit pipinya lembut setiap aku membawanya turut serta, bibir mereka tak pernah absen untuk menyunggingkan senyum lebar saat mereka bersama dengannya.   Aika, gadis mungil dan cantik kesayanganku dan Thio yang sudah empat tahun terakhir ini resmi keluar dari rahimku dan menjadi buah hati kami.. Sosoknya yang periang dan identik dengan tubuh langsing, rambut bob sebahu dan poni ratanya itu menjadi favorit keluarga besar untuk diajak foto bersama pada acara kumpul-kumpul. Celotehennya yang unik bin ajaib juga selalu kami nanti-nantikan. Bayangkan, Aika dapat tiba-tiba menggombal bagaikan anak baru gede jaman sekarang yang romantis namun lucu. Bagaimana kami bisa tidak sayang dengannya?   "Tisha..." suara berat Thio memecahkanku dari pikiran sendiri yang entah sudah berlangsung selama berapa lama.. T...