Ditulis 22 November 2013
Kuelus boneka itu perlahan. Warna
biru cemerlang yang menghiasi dirinya membuatku tertarik. Telinganya yang
panjang sangat menggemaskan, sementara mata bulat yang teduh itu membuatku
terpesona. “Kristel, ayo sayang. Sudah sore, dan kita harus bergegas agar tidak
ketinggalan bus.” Seorang wanita paruh baya berkemeja abu-abu berbisik lembut.
Ia membelai rambut pirangku dengan penuh kasih sayang. Aku pun menoleh dan
tersenyum kepadanya. “Ma, aku boleh beli boneka mungil ini tidak? Kumohon, ia
sangat lucu dan menggemaskan..” Sosok yang merupakan Mamaku tersenyum seraya
menganggukan kepalanya. Aku tahu ia sangat sayang padaku. Aku pun mengangguk
mantap dan segera membawanya ke kasir yang terletak di depan toko mungil
tersebut.
**
Kurebahkan diriku ke sebuah ranjang
berwarna abu-abu dikamarku. Aku spontan bergegas ke ruang tamu. Kubuka tirai
ungu pucat yang tergantung pasrah dijendela. Aku mendapati daun-daun coklat
tergeletak tak berdaya dijalanan. Daun-daun tengah berguguran, Pemandangan ini
sangat memanjakan mataku. Aku memang menyukai alam dan segala keindahannya. Aku
menyesali manusia-manusia yang dengan seenaknya menghancurkan dan memusnahkan
keindahan tersebut. Aku menghela napas. Kubuka jendelaku dan kurasakan angin
semilir yang seolah berbisik lembut kepadaku. Aku menghirup napas dan
memejamkan mata. Tiba-tiba saja aku merasakan sesuatu menyentuh lengan kananku.
Aku membuka mataku. Kulihat seekor burung merpati berwarnakan hitam, putih,
abu-abu dan sedikit hijau di lehernya tengan hinggap di lenganku. Matanya yang
teduh menatapku. Aku pun menyadari kalau terdapat sebuah gulungan kertas
tergantung dikakinya. “Jadi, kau mengantarkan sebuah pesan untukku?” Gumamku
pelan. Perlahan kubuka gulungan tersebut. Kertas tersebut berwarna kecoklatan.
Sepertinya sudah tua. Rasa penasaranku memuncak, rasa ingin tahuku mengganas.
Kulihat kata demi kata yang disampaikan kertas itu.
Kristella
Beekhuis. Aku ingin meminta bantuanmu. Tolong bawa Fluffy Bluediamond, temui
diriku di sebuah perpustakaan di alun-alun kota . Tertanda, seseorang.
Aku mengernyitkan dahiku. Sejuta
pertanyaan terbesit dikepalaku. Aku berdilema. Pergi? Tidak? Pergi? Tidak? Ya,
Aku akan pergi. Keputusanku telah bulat setelah melalui perdebatan panjang
dengan diriku sendiri. Aku tak mengerti Fluffy Bluediamond siapa, namun dilihat
dari warnanya sepertinya boneka itu yang surat
itu maksud. Kulihat tiraiku, dan burung merpati tersebut sudah menghilang. Apa
yang tengah terjadi? Sungguh, aku tak mengerti. Namun aku tahu pula hanya
diriku sendiri yang bisa menemukan jawabannya. Aku bergegas ke halte bus dan
bergegas menuju alun-alun kota .
Malangnya, ternyata bus tersebut terlambat datang. Aku melihat jam tangan hitam
yang terikat rapi di lengan kiriku. Sudah pukul 14.00. Seharusnya bus itu sudah
datang. Aku pun mendengus kesal. Bagaimana bila aku terlambat? Memang sih surat itu tidak
mencantumkan jam, namun aku merasa aku harus secepat mungkin sampai disana.
Akupun karena rasa bosan yang teramat-sangat membuka tasku ingin mengambili
ponsel mungil berwarna putihku. Tiba-tiba saja tanganku disenggol seseorang.
Kualihkan pandanganku, dan seorang kakek tua menatap boneka kelinciku dengan
tatapan menyelidik. “Nak, boneka ini milikmu?” bisiknya pelan. Aku pun
mengangguk. Aneh sekali kakek ini. Ia sangat mencurigakan. Kemudian bus datang
dan aku memilih untuk duduk di belakang. Aku merasa sangat letih. Kupeluk tasku
dan aku pun terlelap, mengunjungi dunia mimpi yang berada dikepalaku.
**
“Apa? Fluffy Bluediamond hilang?”
Sesosok laki-laki berkepala kelinci melongo. Kepala kelinci tersebut berupa
topeng. Ia panik dan mengguncang-guncangkan bahuku. Aku pun ikut panik dan
bertanya kepadanya. “Sepertinya
Ia diambil seseorang saat aku
tertidur di dalam bus. Namun sebenarnya anda ini siapa?” “Tak ada waktu untuk
menjelaskannya. Kita harus bergegas! Vuur pasti sudah mengambilnya? Ayo, ikut
aku!” Ia menarik lenganku, dan kami berdua berlarian seperti orang gila. Ia
menuntunku ke sebuah rak buku, kemudian laki-laki berkepala kelinci tersebut
membuka sebuah buku yang berisi ratusan halaman. Buku-buku tersebut berdebu,
sepertinya sudah lama digunakan. “Meneertje, open de deur. Ik wil naar binnen
gaan.” Gumamnya lirih. Sepertinya ia tengah merapalkan sebuah mantra. Tak lama
kemudian rak tersebut berbalik, dan aku melihat adanya sebuah lorong rahasia.
Aku pun takjub. Bagaimana bisa terdapat lorong sebesar ini dalam sebuah
perpustakaan sekecil ini?
“Kagumnya nanti saja, sekarang ayo kita bergegas.”
Ujarnya menyadarkanku dari lamunanku. Ia kembali meletakkan buku tadi di
tempatnya dan berjalan kembali. Aku yakin lorong ini sangat jarang dimasuki.
Debu dan sarang laba-laba terdapat dimana-mana. Aku berteriak kecil saat
kepalaku mengenai sebuah sarang laba-laba berwarna putih itu. Badut tersebut
menggeleng-gelengkan kepalanya, namun ia tak menghiraukanku. Kami berjalan
sampai kami sampai menemui sebuah cermin. “Spiegeltje, oh lieve spiegeltje.
Laat ons naar binnen gaan, alsjeblieft.” Tiba-tiba semua menjadi putih. Silau
bagaikan sinar matahari yang menyinari. Aku memejamkan mataku. Aku merasa diriku
tengah melawan gravitasi. Rasanya seperti berada di puncak jet coaster. Aku
merasa tanganku digenggam seseorang. Aku perlahan membuka mataku dan mendapati
seorang laki-laki sebayaku, dan demi Tuhan, ia sangat tampan! Ia telah melepas
topeng kelincinya. Tatapan matanya yang dalam membuatku terenyuh. Sesaat aku
dibuat kagum karena pesona yang terdapat pada dirinya. Kusapukan pandangan ke
sekelilingku. Aku tengah terjun bebas, sekelilingku putih. Seakan perjalanan
ini tak akan pernah berakhir. Tiba-tiba muncul secercah harapan. Kulihat sebuah
titik bersinar diujung sana .
Ya, titik tersebut bersinar. Sebelum aku sempat berpikir lebih lanjut,
tiba-tiba kecepatan ku bertambah. Jantungku berdetak lebih cepat, aku spontan
menjerit kencang. Kurasakan genggaman tangan yang semakin erat. Ku pejamkan
mataku, tiba-tiba saja aku tengah berbaring disebuah padang rumput yang empuk dan luas. Aku
membuka mataku. Kulihat laki-laki tadi tergeletak jauh dariku, bukan di padang rumput, namun di
sebuah tanah yang keras. Kuhampiri dirinya. Ternyata ia tengah tak sadarkan
diri. Aku memegang kedua pipinya. Matanya tetap saja terpejam. Aku pun panik.
Sepertinya ia telah membenturkan kepalanya ke tanah. Aku semakin panik. Tiba-tiba
seorang gadis menghampiriku. Rambut ungu panjangnya terurai. Sangat cantik dan
elegan. Ia membisikkan sesuatu di telinga laki-laki itu. Perlahan ia
menggenggam tangan lelaki itu. Ia mengeluarkan energi, dari tangannya keluar
sinar. Tiba-tiba laki-laki itu membuka matanya.
Ia terduduk dan memeluk erat
perempuan cantik disebelahnya. Aku pun bingung. “Oke, apakah ada yang bisa
jelaskan situasi ini?” ujarku. Sebenarnya dari tadi aku tak mengerti apa yang
tengah terjadi. Aku bahkan tidak tahu untuk apa aku berada disini! Mama pasti
mencemaskanku. “Maaf, aku tiba-tiba membawa dirimu kesini. Aku Water, sang peri
air. Akulah pembuat Fluffy Bluediamond.” Jelasnya. Fluffy Bluediamond?
“Maksudmu, boneka kelinci berwarna biruku?” tanyaku. Dengan mantap ia
mengangguk. “Aku yang memberinya nama” ujar perempuan cantik disebelahnya. “Di
dalam bonekamu itu, terdapat sebuah berlian biru. Berlian tersebut memiliki
kekuatan air yang dashyat.” “Mengapa bisa ada didalam boneka itu?” aku tak bisa
menyembunyikan rasa penasaranku.
“Sebetulnya aku tak sengaja. Ini semua karena
kecerobohan dan keteledoranku.” Ujar perempuan cantik disampingnya. “Maafkan
aku, Water.” Perempuan itu nyaris menangis. “Sudahlah, Gezonda. Kau kan tak sengaja.” Water
memeluk perempuan yang bernama Gezonda itu. Mereka berpelukan sejenak. Aku pun
canggung dan mengalihkan pandanganku. “Maaf, Kristel. Jadi sebenarnya Gezonda
tengah melempar-lempar berlian tersebut karena ia merasa bosan menungguku.
Tiba-tiba saja berlian tersebut terlempat ke dalam perut boneka yang tengah
kubuat. Gezonda dan diriku tidak menyadarinya. Aku pun menjahitnya dan memajang
boneka itu dibalkonku. Tiba-tiba saja Vuur mencurinya. Kau tahu, ia
mengumpulkan berlian-berlian yang disebut diamant tersebut untuk menghancurkan
Negeri Diamant ini.” Aku melongo. “Mengapa ia ingin menghancurkan Negeri Diamant
yang indah ini?”
Water pun lanjut bercerita. “Ia dulu pernah menjadi pelayan
Raja Maurice, raja kami. Saat itu ia sedang panik, karena ia terlibat dengan
hutang yang sangat banyak. Diam-diam ia mengambil uang kerajaan untuk melunasi
hutangnya tersebut. Hutang itu pun lunas. Namun sesuai pepatah,
sepandai-pandainya menyembunyikan sesuatu, pada akhirnya pasti akan ketahuan
juga. Ia tertangkap basah, dan Raja Maurice sangat murka. Ia mengusir Vuur dari
Negara ini. Tentu saja Vuur mendendam dan akhirnya membenci raja beserta
kerajaan ini.” “Sepertinya ia berniat membalaskan dendamnya. Ia yang kini
tinggal di Negeri Zilver tersebut terobsesi untuk menghancurkan negeri ini.”
Timpal Gezonda yang sedari tadi diam saja. Kami semua terdiam.
“Untuk itu, ia
mengumpulkan empat diamant yang memiliki energi dashyat. Entah ia bagaimana
memakainya, tapi sebaiknya kita sekarang segera mencarinya. Sepertinya ia
mencuri boneka itu, namun tiba-tiba saja datang sebuah angin tornado di daerah
ku. Entah bagaimana angin tersebut membawa boneka tersebut, dan boneka tersebut
terdampar diduniamu. Seorang pemilik toko boneka melihatnya tergeletak
dijalanan, membersihkan dan menjualnya kembali. Nah, saat itulah kau membelinya
dan boneka itu menjadi milikmu. Aku menyelidiki dan mencari tahu tentang dirimu
melalui cermin ajaibku.” Aku mengangguk-angguk mengerti.
Kami pun berdiskusi
dan berusaha menemukan jalan keluar untuk menemukan Diamant itu. Vuur kemudian
menyuguhkan kami teh tradisional di negeri itu. Wanginya harum sekali! Aku baru
akan menikmati teh ku ketika terdengar keributan. Muncul seorang kakek
mengendarai sebuah unicorn hitam. Betapa kagetnya diriku saat aku menyadari
kakek itulah yang aku temui di halte bus! Dan kulihat boneka kelinci biruku
berada di tangannya. “Dengan diamant biru, merah, coklat dan hijau ini aku
berhasil membuat senjata yang akan menghancurkan kalian! Lihat Maurice, inilah
akibat perbuatanmu! Rasakan, kalian semua! Rasakan betapa sakitnya aku dulu!”
Teriaknya lantang. Seluruh warga Negara Diamant keluar dari rumah dan melihat
keributan apa yang telah terjadi.
“Bersiaplah!” Teriaknya sambil menarik sebuah
tali. Tiba-tiba Water menaiki sebuah Unicorn putih yang sedari tadi terletak di
halaman rumahnya. Ia terbang dan mendekati lelaki yang tak lain dan tak bukan
adalah Vuur. Mereka berdua beradu pedang diatas. Kemudian dengan sigap Water
yang ahli berkelahi menebas tangan Vuur. “Aaw!” Vuur menjerit kesakitan. Aku,
Gezonda dan warga yang lain tegang. Kemudian melihat tembakan yang sebenarnya
bom itu akan meledak, Water dengan sigap merapalkan sebuah mantra. Namun,
terlambat. Tembakan tersebut meledak. Berkat mantra yang dirapalkan Water,
ledakan tersebut tidak menyebar. Namun, Vuur dan Water keduanya terkena dan
menghilang dalam ledakan itu. “TIDAAKK!” Gezonda histeris. Air mata kesedihan
menetes dari kedua mata indahnya. Aku memeluknya. Aku gemetar. Tak terasa aku
pun turut mengeluarkan air mataku.
**
“Water adalah pahlawan kita. Ia
merelakan dirinya sendiri untuk menolong kita.” Ujar Raja Maurice tegas. Rakyat
yang berada dihalaman istana setia mendengarkan, termasuk diriku dan Gezonda. Kami
semua menunduk mengenang Water. Tiba-tiba saja terdengar suara Unicorn. Unicorn
tersebut lama-lama mendekat, dan aku tak mempercayai penglihatanku. Water! Ia
dengan rambut coklatnya yang gagah tengah menuju ke istana. Ia mendarat,
Gezonda histeris kembali dan memeluknya. “Kau pikir aku akan kalah semudah
itu?” ucap Water tertawa.
“Aku sempat terluka namun aku sempat mempelajari
sihir teleport dari buku di perpustakaanku. Aku langsung mempraktekkannya dan
untung saja aku berhasil. Aku kebetulan berpindah ke Negeri Zilver. Warganya
baik, mereka melihatku yang terluka dan merawatku.” Kami mendengarkan dengan
seksama. “Kemudian aku menjelaskan tentang Vuur. Mereka pun mengajak kami
berdamai dan tidak berperang. Setelah aku sembuh aku pun kembali kesini. Oh
iya, aku tak lupa membawa keempat diamant nya lho.” Ujarnya yang sempat
mengambil keempat diamante tersebut tersenyum. Kemudian ia menyerahkan keempat
diamant itu ke Raja Maurice. “Sebaiknya Diamant tersebut digunakan untuk
hal-hal positif.” Water tersenyum. Seluruh rakyat bertepuk tangan dan bersorak
sorai. Pahlawan mereka telah kembali! Tiba-tiba burung merpati yang mengantar
pesan muncul kembali dan hinggap di tangan Water.
“Duifje, kau antar Kristel
pulang yah. Portal antara dunia kita sudah mengecil dan sepertinya akan
tertutup.” Aku pun menoleh. Water dan Gezonda tersenyum padaku. “Ini bonekamu,
kau boleh bawa pulang kembali. Terima kasih atas bantuannya. Kami tak akan pernah
melupakanmu..”
**
Aku menatap ke jendela. Kutatap
Fluffy Bluediamond yang tengah berada dalam pelukanku. Aku tak akan pernah
melupakan mereka.
Comments
Post a Comment