Aku ingin ke rumah.
Ya, aku ingin kembali kesana. Ruangan yang berisikan bangku-bangku berhiaskan berlian, ia menungguku.
Ya, aku mau kesana. Meja kayu jati yang menjadi alas piring-piring cantik, ia menungguku.
Ya, aku mau kesana. Meja kayu jati yang menjadi alas piring-piring cantik, ia menungguku.
Ya, aku tahu betul disana. Kamar mungil dengan cermin besar yang indah, ia selalu melihatku.
Wanita itu, ia juga menungguku. Ya, kamu. Ia menginginkan aku dan dia. Bangku-bangku berhiaskan berlian itu menginginkan aku dan dia. Piring-piring cantik menantikan aku dan dia. Bahkan, cermin besar yang indah juga mau aku dan dia.
Aku mau pulang. Wanitaku, akankah kau menolakku? Akankah kau mengusirku?
Ulangi lagi bahwa kau mencintaiku. Kau pasti merindukan hari-hari tua. Ya, samalah denganku.
Aku ingat kita duduk di atas bangku berlian saling berpangkuan.
Aku ingat kita menggunakan satu piring cantik untuk berdua.
Aku ingat kita tersenyum manis dihadapan cermin besar. Bukan hanya kita berdua, si mungil didalam perutmu pun ikut tersenyum.
Hari-hari tua yang kurindukan.
Kemudian, kau ingat, sayangku? Kau memberikan kerutan itu padaku. Kau mengamuk. Katamu, aku mendua. Kau bilang aku mencintai kawan lamamu.
Maafkan aku, sayangku.
Kau memberikan tangisan itu padaku. Kau ingin memukulku namun tidak kuasa.
Maafkan aku, sayangku.
Aku ingin ke rumah. Aku ingin pulang. Tapi, aku sudah mati.
Maafkan aku sayangku.
Comments
Post a Comment