Skip to main content

Rumah

Aku ingin ke rumah.

Ya, aku ingin kembali kesana. Ruangan yang berisikan bangku-bangku berhiaskan berlian, ia menungguku.
Ya, aku mau kesana. Meja kayu jati yang menjadi alas piring-piring cantik, ia menungguku.
Ya, aku tahu betul disana. Kamar mungil dengan cermin besar yang indah, ia selalu melihatku.

Wanita itu, ia juga menungguku. Ya, kamu. Ia menginginkan aku dan dia. Bangku-bangku berhiaskan berlian itu menginginkan aku dan dia. Piring-piring cantik menantikan aku dan dia. Bahkan, cermin besar yang indah juga mau aku dan dia.

Aku mau pulang. Wanitaku, akankah kau menolakku? Akankah kau mengusirku?

Ulangi lagi bahwa kau mencintaiku. Kau pasti merindukan hari-hari tua. Ya, samalah denganku.

Aku ingat kita duduk di atas bangku berlian saling berpangkuan.
Aku ingat kita menggunakan satu piring cantik untuk berdua.
Aku ingat kita tersenyum manis dihadapan cermin besar. Bukan hanya kita berdua, si mungil didalam perutmu pun ikut tersenyum.

Hari-hari tua yang kurindukan.

Kemudian, kau ingat, sayangku? Kau memberikan kerutan itu padaku. Kau mengamuk. Katamu, aku mendua. Kau bilang aku mencintai kawan lamamu.

Maafkan aku, sayangku.

Kau memberikan tangisan itu padaku. Kau ingin memukulku namun tidak kuasa.

Maafkan aku, sayangku.

Aku ingin ke rumah. Aku ingin pulang. Tapi, aku sudah mati.

Maafkan aku  sayangku.

Comments

Popular posts from this blog

Belajar banyak di konferensi Psikologi ARUPS, Bali

Halo teman-teman, Kali ini aku menggebu-gebu sekali untuk menceritakan pengalamanku di Bali. Sungguh, sampai detik ini aku masih merasa bahagia dan bangga akan acara yang telah aku ikuti pada 21-22 Februari 2018 waktu itu! Jadi, awal mulanya seperti ini... Once upon a time , pada 2016 akhir, seorang dosen di kampusku menawarkan aku dan temanku (Desta) untuk ikut berkontribusi dalam penelitian beliau. Oh ya, untuk kalian yang belum tahu, aku sedang mengambil jurusan psikologi di Universitas Tarumanagara, ya. Aku sempat takut sih, karena belum pernah mengerjakan proyek seperti ini. Waktu itu, aku betul-betul khawatir karena pengalamanku dalam penelitian betul-betul nol besar. Namun, dosenku, Pak P. Tommy Y. S. Suyasa (beliau akrab dengan panggilan Pak Tommy), berbaik hati dan bersedia membimbing dari awal, beliau pun sabar menjelaskan pada kami apabila ada hal-hal yang masih kami belum pahami. Oh ya, kami belajar banyak dari dosen kami ini; hal-hal aka...

Menggendut bahagia di Blitar dan Malang

Halo, long time no see ! Setelah sekian lama akhirnya aku ada niat untuk membuat tulisan baru di blog ini... Pada 15-19 Juni 2018, aku bersama keluarga dan Aa (ehem, ehem...) memutuskan untuk liburan bersama ke Blitar dan Malang.. Kenapa? Karena aku ngidam sekali untuk melihat langsung panorama Gunung Bromo, dan Aa juga berasal dari Blitar jadi kita bisa sekalian diajak melihat-lihat kota kelahirannya itu.. Liburan kami berlangsung selama 5 hari 4 malam, dengan jadwal sebagai berikut: OUR ITINERARY Hari 1: Berangkat subuh ke bandara Malang, kemudian menaiki mobil travel melakukan perjalanan selama 2 jam ke Kota Blitar. Kami menyempatkan diri mampir ke Kampung Warna Warni Malang sembari jalan, kemudian setelah sampai di Blitar kami berwisata ke Kampung Coklat, Makam Bung Karno, Istana Gebang (rumah Bung Karno tumbuh besar) Hari 2: Pagi-pagi kami ke Pantai Tambakrejo, kemudian berangkat ke Malang untuk berkuliner. Setelah itu kami istirahat karena subuh berikutnya akan d...

Ai

Aku tahu ia selalu mampu membawa tawa, cukup dengan beberapa kedipan mata centilnya. Ampuh. Teman-teman kantorku selalu mencubit pipinya lembut setiap aku membawanya turut serta, bibir mereka tak pernah absen untuk menyunggingkan senyum lebar saat mereka bersama dengannya.   Aika, gadis mungil dan cantik kesayanganku dan Thio yang sudah empat tahun terakhir ini resmi keluar dari rahimku dan menjadi buah hati kami.. Sosoknya yang periang dan identik dengan tubuh langsing, rambut bob sebahu dan poni ratanya itu menjadi favorit keluarga besar untuk diajak foto bersama pada acara kumpul-kumpul. Celotehennya yang unik bin ajaib juga selalu kami nanti-nantikan. Bayangkan, Aika dapat tiba-tiba menggombal bagaikan anak baru gede jaman sekarang yang romantis namun lucu. Bagaimana kami bisa tidak sayang dengannya?   "Tisha..." suara berat Thio memecahkanku dari pikiran sendiri yang entah sudah berlangsung selama berapa lama.. T...